BANDUNG – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung terus motivasi sekolah-sekolah supaya kian berkualitas, guna mewujudkan kota pendidikan yang inklusif.
Dimana ada beberapa indikator untuk menjadi sekolah berkualitas, antaranya kegiatan pembelajaran selalu berpusat pada murid, guru harus dapat mengelola pembelajaran dan menciptakan iklim sekolah yang aman, inklusif dan menyertakan kebhinekaan.
Salah satu upaya Disdik Kota Bandung untuk mewujudkan sekolah-sekolah berkualitas, adalah dengan terus berbenah.
Antaranya melakukan bimbingan teknis (Bimtek), seperti kegiatan yang dilakukan di Aula Ki Hajar Dewantara, Disdik Kota Bandung selama tiga hari, 24-26 Juli 2024, bertajuk peningkatan kompetensi guru dan pendampingan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, untuk layanan keberagaman peserta didik.
Harapannya, 80 guru dan pendamping sekolah yang mengikuti Bimtek, memiliki kepiawaian dalam mendidik anak berkebutuhan khusus, agar mereka mampu bersaing dengan siswa umum lainnya.
Sehingga nantinya terwujud kota pendidikan inklusif yang ramah dan memberikan kesempatan kesetaraan bagi anak berkebutuhan khusus. Dimana jenjang sekolah dasar (SD) negeri dan swasta terus didorong, anak disabilitas mampu beradaptasi sejak dini di lingkungan sosial mereka.
Plt Kepala Disdik Kota Bandung Tantan Syurya Santana melalui Kepala Seksi Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Sekolah Dasar (P3TKSD) Fajar Nugroho berharap, melalui serangkaian pelatihan dapat mengakselerasi sekolah untuk membuka akses pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK), yang telah digagas sejak 2023 lalu.
“Saat ini sudah ada beberapa sekolah negeri yang concern memberikan pelayanan kepada peserta didik berkebutuhan khusus, dimana telah dilengkapi tenaga pengajar dan fasilitas mumpuni. Di Kota Bandung banyak guru yang telah menjadi GPK (Guru Pendidikan Khusus) dan telah mengikuti pelatihan dari Kemendikbudristek,” ujarnya kala membuka Bimtek, Rabu 24 Juli 2024.
Selain itu kata dia, juga diperkuat dengan melakukan pelatihan dan workshop, guna meningkatkan kapasitas guru untuk menangani PDBK. Harapannya, para guru memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai untuk memberikan pendidikan berkualitas bagi semua anak.
“Kami berharap, jumlah sekolah baik negeri maupun swasta secara perlahan siap menerima anak berkebutuhan khusus di sekolah mereka,” imbuhnya.
Fajar menambahkan, dalam mewujudkan Bandung sebagai kota pendidikan inklusif, tidak dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri karena tentu membutuhkan dukungan semua pihak.
Melengkapi sejumlah infrastruktur yang telah dibangun, seperti Unit Layanan Disabilitas, pelatihan kepada guru, juga stakeholders lainnya. Sehingga anak disabilitas kian nyaman menikmati masa pendidikan mereka.
“Tentunya dalam mewujudkan ini butuh dukungan semua pihak, seperti organisasi nirlaba, yayasan dan komunitas dalam penyediaan sarana prasarana, pengembangan kurikulum dan pendampingan PDBK,” lanjutnya.
Tidak lupa, peran serta masyarakat kata Fajar juga sangat penting dalam memberikan kesetaraan bagi anak disabilitas, supaya mereka tidak merasa dikucilkan. Sekaligus menekan perundungan atau bullying, bagi disabilitas di Kota Bandung.
“Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat juga turut digencarkan, tentang pentingnya pendidikan inklusif,” ucapnya.
Walaupun diakuinya, dalam membuka ruang kesetaraan bagi anak inklusif ini kata dia tidak mudah. Pertama, karena keterbatasan jumlah tenaga pendidik, juga mindset atau pola pikir masyarakat terhadap anak disabilitas juga harus dibenahi. Bagaimana stigma masyarakat terhadap anak disabilitas bisa terkikis.
“Maka dari itu Disdik Kota Bandung akan terus berupaya, untuk mewujudkan kota pendidikan inklusif bagi semua anak. Dimana tentunya berkualitas, karena mereka adalah generasi penerus bangsa yang harus tangguh,” tandasnya.