Menu

Mode Gelap
Perputaran Ekonomi di West Java Festival 2024 Capai Rp70 Miliar Sekda Herman Suryatman: Fokus pada Program Utama untuk Peningkatan Indeks Kualitas Air Pemprov Jabar – Lembaga Penyiaran Kolaborasi Siap Produksi Bersama Konten Siaran Edukatif untuk Pilkada Anteng BIJB Buka Penerbangan Majalengka – Singapura Bey Machmudin Dorong Kecamatan Jadi Pusat Penggerak Pembangunan Daerah

Pendidikan · 9 Jan 2023 16:13 WIB

Dosen FISIP Unpad ungkap Lato-lato kurangi ketergantungan anak pada Gawai


					Dosen FISIP UNPAD Hery Wibowo - Istimewa Perbesar

Dosen FISIP UNPAD Hery Wibowo - Istimewa

SUMEDANG (Pajajaran Ekspres) — Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Dr. Hery Wibowo, S.Psi., M.M., mengungkap fakta sosiologis dari permainan lato-lato. Permainan tradisional yang ada sejak 1990-an ini kembali populer dimainkan oleh anak-anak di Indonesia saat ini.

Menurut Hery, secara umum, permainan lato-lato menjadi momentum terbaik bagi orang tua untuk “sedikit” melepaskan anak dari ketergantungan bermain telepon seluler. Dengan demikian, anak menjadi sedikit terhindar dari potensi negatif yang bisa dialami ketika terlalu banyak bermain gawai.

“Ini juga momentum terbaik untuk membangun ‘growth mindset’ dengan penekanan bahwa proses itu pending, tidak ada sukses instan, dan berlatih akan membawa hasil,” kata Hery di Kampus FISIP Unpad Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Senin (09/01).

Hery menjelaskan, ada delapan fakta sosiologis terkait permainan lato-lato. Pertama, lato-lato mampu membangun interaksi sosial. Berbeda dengan permainan berbasis perangkat seperti HP, tablet, atau perangkat lainnya, lato-lato lebih menyenangkan untuk dimainkan bersama-sama.

“Artinya, inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi ‘alien’ karena suka menyendiri dan generasi rebahan. Tanpa terasa kohesi sosial antar anak-anak mulai terbangun,” kata Hery.

Fakta kedua, lato-lato mampu membangun identitas sosial dan konsep diri yang positif. Secara tidak langsung, anak yang memainkan lato-lato akan berusaha menunjukkan kemahirannya di depan sebayanya.

Baca Juga :  Civitas Akademika Unpad Gelar Aksi, Sampaikan Petisi Kekecewaan Pada Rezim Pemerintahan Presiden Jokowi

Hery memaparkan, ini bisa menjadi lahan positif bagi anak untuk membangun konsep diri positifnya, karena mereka memiliki “wahana” untuk menunjukkan kebisaannya yang belum tentu dimiliki anak-anak lain di lingkungan sosial permainannya.

Fakta ketiga, menjadi magnet Fear of Missing Out atau FOMO. Hery menjelaskan, FOMO menjadi salah satu karakteristik kuat dari generasi Z berdasarkan analisis para ahli. Generasi Z yang lahir dari tahun 1995-2012 ini selalu takut dikatakan “ketinggalan zaman”, sehingga mereka berlomba mengejar apapun yang sedang viral.

Fakta keempat, lanjutnya, lato-lato mampu mewadahi karakter generasi Z sebagai generasi do it yourself. Permainan ini dengan segala kesederhanaannya mampu mendorong pemainnya melakukan ragam inovasi saat memainkan dan menikmatinya. Melalui ini, kapasitas kreativitas anak dapat terus berkembang dengan cara menyenangkan.

Fakta kelima, alternatif membangun hubungan sosial yang menyenangkan bagi orang tua dan anak.

“Momentum memainkan lato-lati dapat menjadi waktu berkualitas bagi anak dan orang tua, sekaligus wahanan pemahaman nilai-nilai positif dan sarana orang tua mengapresiasi kelebihan sang anak, sehingga anak makin merasa berharga. Ini penting bagi tumbuh kembangnya kelak,” paparnya.

Fakta keenam, potensi panjat sosial (pansos). Di era media sosial, “popularitas di dunia sosial” seakan menjadi level atau status sosial alternatif di luar dunia nyara. Kemahiran memainkan lato-lato dapat menjadi wahanan pansos bagi pemainnya.

Baca Juga :  Lantik 12 Pejabat ASN, Wali Kota Bandung: Pemimpin Harus Jadi Teladan

Fakta ketujuh, aktivitas bermain lato-lato dapat menjadi stress healing bagi sang anak untuk rehat sejenak dan mengisi energi untuk kembali siap melakukan aktivitas akademik sekolah yang kerap kali memiliki jadwal yang padat.

Fakta terakhir, lato-lato mampu memberikan pengaruh ekonomi positif bagi penjual dan produsennya. Dengan harga yang relatif terjangkau, permainan ini dapat dengan mudah dimiliki oleh semua orang.

Dampak

Kendati memiliki berbagai fakta sosiologis, di sisi lain, permainan ini memiliki berbagai dampak yang bisa timbul. Hery mengungkapkan, fakta tersebut akan menjadi negatif apabila anak-anak ataupun orang tua tidak bisa mendukung dan mengaturnya.

Beberapa dampak tersebut di antaranya mengurangi waktu belajar atau mengerjakan tugas karena ketagihan bermain, potensi melahirkan rasa rendah diri jika tidak berhasil memainkannya, hingga tidak pekanya orang tua terhadap keberhasilan anaknya dalam bermain lato-lato.

Selain itu, anak juga perlu waspada saat bermain permainan ini. Ayunan bola yang kuat dan tidak terkontrol dengan baik berpotensi membentur ke bagian tubuh pemainnya, seperti mata, hidung, ataupun kepala.

“Sehingga diperlukan fokus dan konsentrasi penuh dalam memainkan, agar tidak membahayakan pemain maupun teman-teman disekitarnya,” ujarnya.

Artikel ini telah dibaca 126 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Wapres Tekankan Peran Penting Pamong Praja dalam Hadirkan Cara Kerja yang Inovatif, Cepat, dan Efektif

1 Agustus 2024 - 14:11 WIB

Sekda Herman Suryatman Lepas 1.136 Mahasiswa UNIGA Ikuti KKN Tematik

30 Juli 2024 - 13:47 WIB

Herman Suryatman Diwisuda sebagai Doktor Ilmu Pemerintahan

29 Juli 2024 - 13:10 WIB

Disdik Kota Bandung Motivasi Sekolah, Wujudkan Kota Pendidikan Inklusif

24 Juli 2024 - 18:02 WIB

Bey Machmudin Klaim Akan Tindaklanjuti Temuan Dugaan Pelanggaran PPDB di SMAN 1 Majalaya

24 Juli 2024 - 17:35 WIB

Jumlah Siswa Dianulir Bertambah 2 Orang di PPDB 2024

24 Juli 2024 - 15:35 WIB

Trending di Beranda