Terlepas dari itu, Bey Machmudin mengimbau kepada pihak sekolah sebisa mungkin untuk melaksanakan study tour tidak di tempat yang jauh.
“Untuk yang bisa diubah, ubah. Kita semua punya. Pariwisata ada, industri ada,” ucapnya.
Selain itu, dia juga meminta pihak sekolah memerhatikan kelaikan bis yang akan digunakan. Dia pun meminta untuk tidak segan menolak, jika bis yang digunakan tak layak jalan.
“Perhatikan betul kelaikan bis juga kesehatan pengemudinya. Bahkan belajar dari kasus Subang ini, tahun kendaraan jangan mau yang tua. Walaupun ada pemeliharaan, tapi tetap yang muda lebih baik. Harus berani menolak kalau bis kurang baik,” pintanya.
Keselamatan kata Bey Machmudin adalah hal yang paling utama, maka dari itu pihak sekolah maupun pengusaha jasa bis diharapkannya harus sama-sama memerhatikan kelayakan kendaraan yang akan digunakan.
“Jadi keselamatan siswa, guru utama. Jangan sampai terjadi siswa kecelakaan. Jangan sampai kesedihan jadi akhir dari sebuah study tour. Harusnya study tour meningkatkan kemampuan, kecerdasan siswa dan menambah pengetahuan tentang daerah,” pungkasnya.



























