GARUT – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof Didi Sukyadi memberi komentar terkait maraknya kasus keracunan siswa usai mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) di Garut pada (4/9/2025).
Menurutnya, program memberi MBG merupakan sebuah program visioner yang digalakkan pemerintah untuk mencetak generasi cerdas dimasa mendatang.
Maraknya kasus keracunan MBG kata Prof Didi, hal itu tidak lantas mengjudge bahwa program tersebut gagal. Apalagi, program MBG baru digulirkan pemerintahan saat ini.
“Kita kan baru pertama melakukan secara masif memberi makan untuk sekian juta siswa kita. Jadi kalau masih ada kekurangan tentu bukan programnya yang dihentikan, tetapi tata kelolanya harus diperbaiki,” katanya.
Ia pun memandang perlu adanya pengawasan lebih ketat dalam pelaksananya, termasuk melibatkan para ahli dan akademisi didalamnya.
“Kita punya banyak ahli, jadi ketika sebuah dapur dibuka, kita lihat ada ngga para ahli yang terlibat di situ? Ahli kesehatan ataupun ahli gizi,” ujarnya.
Lebih jauh kata Rektor, sebagai perguruan tinggi, UPI siap membantu pemerintah dalam pelaksanaan MBG jika diperlukan. Terlebih, UPI memiliki berbagai program studi yang relevan untuk mendukung perbaikan tata kelola MBG, seperti Tata Boga, Gizi, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat.
Selain itu, UPI juga memiliki laboratorium pengolahan makanan dan tenaga pengajar yang ahli di bidangnya.
“UPI punya Prodi gizi. Kalau memang pemerintah membutuhkan perguruan tinggi, maka perguruan tinggi sebetulnya bisa menjadi supervisor-supervisor program itu,” ujarnya.
Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), pemerintah bisa memanfaatkan peluang tersebut tanpa mengeluarkan biaya.
“Mahasiswa kan punya kewajiban melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dengan program KKN dalam rangka peningkatan layanan MBG yang lebih aman, nyaman, dan berkualitas misalnya, mahasiswa bisa saja diminta untuk menjadi supervisor, dan itu tidak perlu mengeluarkan biaya karena bagian dari pengabdian,” ungkapnya.